Pertama Kali di Trans Studio Makassar

Ujungpandang, 12 Juli 2011 12 : 19 AM



Silahkan membaca kisah perjalanan saya berikut ini atau anda dapat langsung lanjut ke Galeri Foto di Trans Studio Makassar ..

Kemarin (11 Juli) saya bersama ibu dan ketiga orang adik saya pergi ke Trans Studio Makassar untuk membuktikan keasyikan wahana di Trans Studio Theme Park-nya. Pukul setengah 2 siang kami meninggalkan rumah, saya bersama Chaedar dan Ocha naik motor, sedangkan ibu dan akbar naik angkot. Sekitar pukul setengah 3 siang saya sudah sampai di Trans Studio.

Namanya saja pertama kali wajarlah kalau saya tersasar dan bingung mencari tempat parkir motor, awalnya saya tersasar di parkir karyawan Trans Studio setelah ditunjukkan parkiran yang seharusnya oleh penjaga parkiran ehh.. saya hampir masuk ke parkiran mobil untung 'diteriakin' satpam kalau saya salah jalur.

Satpamnya kelihatan marah-marah gitu sambil nunjuk-nunjuk plat yang melarang motor masuk lewat parkiran mobil, salah sendiri kenapa plat larangannya menghadap kedalam kan yang liat orang yang mau masuk bukan pak satpamnya doang. Kalau gak percaya coba deh anda yang naik motor perhatikan dari jauh plat tersebut, pasti gak bakal keliatan. Lanjut ..

Setelah kembali ke jalan yang benar, saya akhirnya tiba di tempat parkiran motor yang 'sebenarnya', setelah ngambil karcis dari petugas saya pun langsung mencari parkiran yang strategis. Setibanya di tempat parkiran kami pun serentak turun dari motor dan masuk ke area Trans Studio Mall.

Lagi .. Lagi.. Karena baru pertama kali maka saya salah masuk, saya kira letak Trans Studio Theme Park-nya sudah masuk di kawasan tersebut, tapi ternyata masih harus berjalan lagi karena ternyata kawasan tersebut adalah Trans Studio Mall.

Setelah jalan masuk dan minta petunjuk dari 'sang' petugas , maka saya akhirnya tiba di gerbang Trans Studio Theme Park. Dari luar sih tampak biasa - biasa saja mungkin karena belum masuk. Akhirnya saya tanyakan ke mbak yang jaga loket tiket, ia memberitahukan bahwa harga tiketnya Rp.100.000 per orang dan biaya pembuatan kartu Rp.10.000 per orang (juga). Menurut penjelasan mbaknya, bahwa tiket tersebut berlaku untuk 21 wahana yang terdapat dalam Trans Studio Theme Park.

Setelah bertanya ke mbaknya, sayapun memutuskan untuk menunggu ibu di pintu masuk. Baru saja ingin naik escalator ibu sudah tampak dari kejauhan akan turun. Jadi lengkap sudah jumlah kita sebanyak 5 orang. Kami pun berjalan bersama menuju ke Trans Studio Theme Park (lagi).

Akhirnya kami pun sampai di depan loket tiket yang tadi kami tanyai, saya pun mengeluarkan uang selembaran 100ribu, begitu juga ibu dan adik - adik yang telah lebih duluan menyetorkan uangnya kepada saya. Total yang kita bayarkan Rp.550.000. Setelah mendapatkan studio pass yang mempunyai saldo 100ribu, maka kita pun menuju ke pintu masuk.

Ternyata ada pemeriksaan tas di pintu masuk tersebut, dan tidak diperkenankan membawa makanan dan minuman dari luar. Jadinya minuman dalam lock n' lock yang sudah dipersiapkan tidak boleh masuk, jadi kita minum dan habiskan dulu diluar. Sedangkan makanan ringan yang sudah terlanjur dibawa saya simpan kembali di motor.

Setelah beres kami pun kembali ke pintu masuk, pas di cek lagi ternyata si Akbar masih menyimpan 3 bungkus Better dalam tasnya. Akhirnya ibu kasih saja Betternya ke petugas daripada ribet lagi, dan kitapun masuk dalam Trans Studio Theme Park.

Awalnya kami kecewa ketika masuk hanya melihat satu wahana yakni Grand 'Esia' Studio View, sebuah komedi putar besar yang merupakan 'icon' dari Trans Studio Makassar. Sayapun ikutan kecewa karena melihat raut wajah adik - adik yang sudah berharap banyak menjadi buyar.

Dibayangan kami, Trans Studio itu besar dan megah namun tampaknya itu hanya di angan - angan saja. Namun demikian kami tetap lanjutkan berkeliling dan menikmati wahana yang ada. Sebagai wahana pembuka kami menuju kawasan Magic Corner.

Di kawasan Magic Corner ini terdapat empat wahana yakni Dragon's Tower, Putar Petir, Dunia Lain, dan Magic Thunder Coaster. Akhirnya kami memulainya dengan Putar Petir, saya dan Ocha mulai mengantri, dan akhirnya tiba giliran kami. Awalnya sih asik - asik ajah pas naik, tapi makin lama naik turun mana bunyi mesinnya yang seakan - akan hampir patah lagi, jadinya saya deg-degan. Dan akhirnya berhentilah mesin itu berputar dan naik turun.

Masih dalam kawasan Magic Corner, saya dan Ocha kemudian melanjutkan dengan wahana Magic Thunder Coaster. Kalau dilihat dari luar Roller Coaster ini biasa saja, dan hanya ada satu tanjakan tapi lumayanlah muternya dua kali dan miringnya cukup curam jadi ada tantangannya. Saya dan ocha menempati barisan kelima dari 10 baris yang disediakan, masing - masing baris hanya diperbolehkan naik dua orang. Mulailah melaju si Roller Coaster, dan setelah dua kali berputar usailah permainan di wahana kali ini.

Usai dari wahana ini, si Akbar dan chaedar mengajak memasuki wahana Dunia Lain, namun Ocha menolak untuk ikut jadi ia memilih bersama ibu saja menunggu di luar. Akhirnya kami bertiga mengantri untuk masuk ke wahana tersebut, namun di tengah antrian terlihat anak - anak perempuan berlari keluar dari wahana tersebut dengan raut wajah ketakutan dan histeris. Bahkan ada juga yang sampai menangis meraung - raung, saya jadi makin penasaran ada apa di dalam.

Akbar hanya tertawa saja, dasar dia memang sudah 'keseringan' liat dunia lain. Chaedar saja yang kelihatan takut dan sesekali memundurkan langkahnya. Akhirnya tiba giliran kami masuk, langsung saja saya 'mendorong' chaedar, karena dia agak sedikit gugup.

Ternyata pas sudah sampai di dalam masih banyak teralis yang harus kita ikuti alurnya, hingga sampai dalam sebuah ruangan. Di ruangan tersebut hanya terdapat satu layar, dan seseorang yang berbicara dengan gaya bicara 'menakut-nakuti'. Inti penjelasannya hanyalah jangan memotret dan menyentuh properti.

Setelah mengakhiri pembicaraan, tiba - tiba muncul sesosok makhluk berpakaian hitam yang muncul. Ia kemudian mengejar-ngejar kami dan akhirnya kami meninggalkan ruangan tersebut menuju ke ruangan lainnya. Ternyata lagi - lagi kami bertemu teralis berkelok yang harus kami susuri, di ujung teralis akhirnya tibalah kita di sebuah tempat yang ada kereta yang akan membawa kita 'tour' ke dunia lain.

Satu kereta berisi empat orang, karena kita hanya bertiga maka kami mendapat tambahan satu orang. Untung seorang bapak - bapak, jadinya kami ada 'tameng' kalau - kalau sesuatu terjadi di dalam. Kereta mulai bergerak, suasana mistis mulai menyelimuti kami. Terlihat banyak 'hantu-hantu' robot yang bergerak - gerak. Kesan mistis sih ada, tetapi yang saya kagumi adalah efek suaranya yang betul - betul membawa kita serasa di 'dunia lain'.

Kereta terus berjalan, ada ruangan operasi mirip di film 'frankenstein' , kemudian ada pocong, kuntilanak, dan masih banyak lagi. Namun yang cukup mengejutkan menjelang akhir ada kuntilanak tiba - tiba jatuh dari pohon, tapi karena kami sudah lihat dari jauh maka kami tidak takut. Tapi ada robot yang sedang main jalangkung yang menurut saya cukup menyeramkan dari suaranya.

Tibalah kami di perhentian terakhir dan akhirnya kami keluar dari trans studio store yang menyediakan berbagai macam merchandise maupun 'buah tangan' yang dapat anda bawa sebagai oleh - oleh.

Selepas dari dunia lain, akbar dan chaedar kembali mengajak saya menuju ke wahana di kawasan Lost City. Di kawasan ini sendiri mempunyai lima wahana antara lain: Sepeda Terbang, Rimba Express, Si Bolang, Jelajah, dan Safari Track.

Kami memulainya dengan menuju ke Safari Track, kami langsung saja masuk dan mengantri untuk naik karena antrian tidak padat. Saya, akbar, dan chaedar pun langsung naik ke mobil - mobilan berkapasitas 4 orang tersebut. Akbar menempati posisi di depan, sedangkan saya dan chaedar di bangku belakang.

Mobil mulai berjalan, seperti sebuah tour terdapat berbagai robot yang menyerupai hewan dengan efek suara terdapat di kanan dan kiri kami. Ada Macan Tutul, Zebra, Hyena, Babi Hutan, dan masih banyak lagi. Di tengah jalan ketika melewati semacam jembatan, tiba - tiba muncul Ular Phyton dan ternyata kita 'kena' jepretan kamera dari 'photo booth' gak kebayang muka saya yang kaget karena kepalanya ular keluar dari sebelah kanan dan saya duduk di kursi kanan.

Setelah momen 'kaget' tersebut, tak lama kemudian mobil (kereta) tersebut berhenti di pintu keluar. Akhirnya kami memutuskan mengelilingi kawasan Lost City, dan kembali menemukan wahana menarik yakni wahana Jelajah, walaupun tulisan di gerbangnya terpampang jelajah namun kami memutuskan untuk naik ke pondok 'si bolang', di lantai 2 pondok tersebut terpajang alat musik seperti gendang, gitar, rebana dan angklung.

Kami pun mencoba alat-alat tersebut, setelah cukup puas kami bermaksud naik ke lantai tiga namun terdapat papan pengumuman yang menyatakan permainan flying fox dilantai tiga hanya untuk anak - anak saja. Maka kami bertiga meninggalkan pondok si bolang dan mencari wahana lainnya.

Keluar dari pondok si bolang, kami menuju ke wahana sepeda terbang. Di wahana ini kami kembali mengantri, karena hanya bisa dua orang dalam satu sepeda maka terpaksa saya harus berpasangan dengan 'orang yang tidak saya kenal'. Namun ketika saya sudah berkenalan dengan adik tersebut, ia menyebutkan namanya adalah Yudis.

Wahana tersebut mulai bergerak, saya pun sempat berbincang dengan Yudis, dan dia bilang buat apa kita mengayuh sepeda ini kalau semua ini hanyalah 'properti' semata. Pintar juga anak ini ungkapku dalam hati. Namun kebingungan akan guna pedal tersebut terjawab sudah, ketika kami mulai mengayuhnya ternyata posisi kita semakin tinggi. Jadinya bukan hanya properti saja rupanya, kami pun menikmati wahana ini sembari berputar dan posisi kami yang kadang diatas dan kadang dibawah.

Selepas dari wahana ini, saya pun cemas mencari ibu dan ocha, karena selepas dari wahana dunia lain kami tidak menemukan mereka. Tapi akbar dan chaedar tetap saja santai dan bahkan saling berkejaran menuju wahana Hollywood Bumper Car, sementara dari kejauhan saya melihat ocha yang ternyata baru saja melaksanakan shalat Dhuhur.

Ketika saya tanya ibu dimana, ia menjawab ibu masih sholat. Tapi dia sudah selesai, dan akhirnya ia meminta untuk naik wahana Grand 'Esia' Studio View. Akhirnya kami berduapun mengantri, dan akhirnya tiba giliran kami untuk naik ke wahana ini. Wahana ini seperti komedi putar, jadi kita hanya masuk duduk dan menikmati pemandangan dari ketinggian.

Ketika kami sampai di puncak komedi putar tersebut, kami melihat keseluruhan dari Trans Studio Theme Park. Kami pun menikmati berada di posisi atas tersebut, namun akhirnya kami harus turun karena waktu kami telah selesai di wahana ini.

Ternyata dari tadi ibu memperhatikan kami diatas, kemudian kami diajak makan siang di Studio Nusantara. Di restoran Studio Nusantara ini menyajikan beragam menu, namun yang menjadi favorit adalah Soto Ayam, Coto Makassar, dan Bakso. Ibu-pun memesan bakso, coto, nasi, dan air mineral. Kami pun makan dengan lahap, karena saya duluan selesai makan maka saya berinisiatif mencari akbar dan chaedar dan mengajaknya makan.

Akhirnya mereka berdua ketemu dan saya langsung bawa bertemu ibu dan ocha. Mereka pun memesan coto dan soto. Kemudian mereka makan dengan lahapnya. Sementara mereka makan, ocha-pun merengek untuk diajak ke wahana lain. Karena saya sudah selesai, maka saya minta izin kepada ibu dan mengajak ocha ke kawasan Cartoon City.

Di Cartoon City sendiri terdapat tujuh wahana antara lain: Balloon House, Karosel, Ayun Ombak, Angin Beliung, Kano Kali, Mini Boom Boom Car, dan Kids Studio. Wahana angin beliung menjadi incaran ocha pertama kali sampai di kawasan tersebut. Kami pun mengantri dan tidak lama kami mendapatkan giliran.

Kalau saya bilang sih, wahana ini lebih mirip ayunan berputar seperti yang pernah saya mainkan di Istana si Komo di bekas pusat perbelanjaan Makasa. Kami pun naik ke wahana tersebut, saya mendahulukan memasangkan pengaman kepada ocha kemudian barulah saya naik juga. Wahana tersebut berputar semakin kencang, kepala saya pening dan perut serasa mual. Tapi cukup lama juga wahana ini berputar namun akhirnya selesai juga.

Saya kaget ketika salah seorang anak tiba - tiba melompat, namun wahana belum selesai berhenti dengan sempurna. Akhirnya ia pun dimarahi oleh ibunya, siapa suruh sok-sokan dek :) Setelah melangkah keluar dari wahana, ocha kembali ingin mencoba wahana Kano Kali. Namun sayangnya ia tidak bisa masuk karena batas tinggi maksimum 110 cm.

Akhirnya ia memutuskan ke wahana Mini Boom Boom Car yang bersebelahan, ia pun kembali mengantri dengan anak - anak lainnya. Dan ia pun sangat menikmati mengendarai mobil-mobilan tersebut, beberapa kali ia minta berfoto pada saat bermain. Dasar anak - anak maunya ajah yang diikutin :P

Keluar dari wahana tersebut, kami bermaksud untuk kembali bertemu dengan ibu, akbar, dan chaedar namun rupanya ia mau (lagi) naik ke wahana Ayun Ombak. Akhirnya kami naik lagi wahana ini, serupa dengan Angin Beliung wahana ini juga membuat kepala saya tambah pening dan perut saya mual, karena goncangan dari kapal tersebut yang sangat kencang.

Turun dari wahana tersebut saya langsung menarik ocha untuk menuju ke wahana Grand 'Esia' Studio View. Namun sebelum naik wahana ini, kami bertemu di sini dengan ibu, akbar, dan chaedar. Karena akbar dan chaedar mau masuk lagi ke wahana Hollywood Bumper Car, dan akhirnya saya pun ikut masuk dalam wahana tersebut begitu juga ibu yang akan naik satu mobil bersama chaedar.

Karena tinggi ocha yang tidak memadai maka ia tidak boleh masuk, dan hanya bisa menunggu kami diluar. Antrian yang cukup panjang dan mobil-mobilan yang kurang banyak maka kami menunggu cukup lama hingga akhirnya mendapatkan kesempatan. Bahkan ketika ibu, akbar, dan chaedar sudah masuk, saya terpaksa harus menunggu karena mobil-mobilannya sudah penuh.

Setelah mereka selesai akhirnya tiba giliran saya, dengan cekatan saya mengambil posisi yang pas agar tidak bertabrakan dengan mobil lainnya, namun karena tempat yang cukup sempit maka saya pun beberapa kali kena tabrak.

Waktu menunjukkan hampir pukul. 6 sore, saya ingat bahwa pukul 6 akan ada pertunjukan Spongebob Squarepants di Bioskop 4-D. Menurut petugas bioskop 4-D tersebut, bahwa pertunjukan akan mulai 10 menit lagi. Saya kemudian sibuk mencari akbar dan chaedar, dan rupanya mereka kembali mengantri untuk bumper car.

Chaedar yang katanya sudah terlanjur ngantri ngotot untuk tidak ikut, namun karena sedikit 'paksaan' maka ia kubawa ke depan bioskop 4-D. Lima menit sebelum pemutaran film, ratusan orang telah berkumpul depan bioskop, dan rupanya mereka juga menantikan show ini.

Untung saja Chaedar cepat saya tarik dan bergabung bersama kami, kalau tidak pasti akan dapat giliran belakangan. Film yang diputar pada bioskop 4-D kali ini adalah tentang Spongebob Squarepants yang dicuri asinannya oleh 'replika' patrick yang dibuat oleh Plankton. Efek 4-D membuat kami seakan merasakan berada dekat Spongebob.

Durasi filmnya sekitar 5 - 7 menit, dan akhirnya selesai juga dengan 'lawakan' pada akhir filmnya. Ketika keluar dari bioskop, kami berlima menunaikan shalat Maghrib dulu di musholla, setelah itu ibu menemani ocha, sedangkan saya, akbar, dan chaedar bermain bumper car.

Sebelum kami pulang ocha ternyata mencoba lagi angin beliung dan diakhiri dengan mini boom boom car. Sebelum pulang di dekat pintu masuk (masih dalam area Trans Studio Theme Park) kami berlima menyempatkan foto untuk kenang-kenangan. Karena kami berlima cukup susah dikumpulkan mengingat aktivitas yang padat.


Foto kami berlima di Trans Studio

Setelah foto - foto akhirnya kami keluar dan meninggalkan Trans Studio Theme Park, saya dan ibu duluan naik motor dan langsung menuju ke warung Pak Toha yang terletak di dekat penyeberangan ke Pulau Khayangan (di depan benteng Fort Rotterdam), warung ini menyediakan masakan laut yang mantap maknyus.

Setelah mengantarkan ibu, saya pun kembali memacu motor dan menjemput akbar dan chaedar. Demikian kisah saya yang pertama kali ini ke Trans Studio Makassar. Semoga kisah perjalanan kali ini memberikan anda gambaran tentang kondisi di Trans Studio Makassar. Bagi anda yang ingin mengetahui lokasi Trans Studio Theme Park ini, terletak di kawasan terpadu Trans Studio Makassar Jl. H.M. Dg. Patompo - Metro Tanjung Bunga Makassar.

Walaupun awal masuk ke Trans Studio Theme Park ini saya kecewa dengan tampilan awalnya, namun setelah menikmati wahana-wahana yang ada walaupun belum semuanya dan gak bisa semuanya. Namun demikian benar kata pepatah, bahwa 'dont judge book from the cover' , inilah yang menjadi gambaran awal saya terhadap Trans Studio Makassar ini. Kekecewaan saya itu diobati dengan suasana yang nyaman dan berbeda dibandingkan tempat bermain lainnya. Tunggu apalagi, visit Makassar 2011 !

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...