Bagaimana rasanya jika anda kembali mengenang masa-masa anda di sekolah dasar ? Tentunya ada perasaan menggelitik atau mungkin pengalaman 'memalukan' ? Itu semua bumbu-bumbu masa kecil kita.
Tak terasa kini usiaku sudah menginjak 19 tahun, terkenang 8 tahun yang lalu saya menamatkan diri di SD ini. Dulu, bangunan di SD-ku ini masih ala kadarnya, maklum SD ini terletak di pinggiran kota Makassar. Walaupun pinggiran jangan anda anggap remeh, karena daerahku ini sering memenangkan lomba kebersihan kota loh ^_^
SD-ku ini terletak satu kompleks dengan tiga SD yang lain. Pasti banyak dong siswanya ? Tentu saja, bayangkan saja kalau istirahat atau istilah waktu kecil itu keluar main. Sudah banyak anak-anak berlarian di depan kelas. SD. Inpres Perumnas Antang II lah SD yang telah menjadi sekolah formalku dari kelas 1 sampai 6.
Sekolahku tampak muka dan anak-anak yang berlarian.
Begitu juga dengan saudara-saudaraku yang lain, Akbar juga menamatkan diri sampai kelas 6, kemudian lanjut ke SMPN 2 Makassar. Si Chaedar hanya sampai kelas 5 disini, kemudian kelas 6 pindah ke SDN Mekarjaya 10 Depok. Si Ocha sempat duduk di kelas 3 di sekolah ini beberapa bulan waktu ibu melakukan observasi. Nah.. Kalau di hitung-hitung sepertinya kami berempat bersaudara merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan sekolah kami ini dari tapak-tapak pendidikan kami.
Hari Kamis lalu, saya datang lagi ke sekolah saya ini. Tak banyak perubahan sejak setahun lalu saya ke sekolah ini. Namun bila dibandingkan dengan 8 tahun yang lalu tentunya banyak sekali perubahan, yang paling terlihat adalah bangunan baru yang dulunya lapangan sekarang menjadi Pusat Sumber Belajar Siswa.
Lapangan dan Bangunan PSB (sebelah kanan gambar diatas)
Yang berubah lagi adalah kantin pak Mahmud yang dulu ada di belakang, sekarang disulap menjadi ruangan kelas. Lonceng yang dulu bertengger kokoh di depan kelas paling ujung kini sudah tidak ada lagi (mungkin sudah uzur dan karatan jadi di buang).
Suasana belajar di kelas IV A di dalam gedung PSB bersama ibu Roslili.
Yang tidak berubah adalah wajah-wajah guru-guruku yang sedari dulu masih tetap begitu, bagaikana tak termakan oleh waktu. Saya ingat guru kelas I ku ibu Sahariah, guru kelas 2 dan 3 ibu Fatmawati, guru kelas IV ibu Faridah, guru kelas V ibu Minarni, dan guru kelas VI ibu Hamsinah. Masih ada lagi guru olahragaku pak Razak yang masih tetap setia mengajar anak-anak berolahraga, dengan sikap tegasnya 'tokkak' bagi siswa yang rambutnya tidak rapi. Pak Imran yang dulu paling ditakuti sama teman-teman karena pelajaran Matematika. Ibu Hartika dan Ibu Sanuriah guru Agama yang senantiasa mengingatkan kami akan Agama Rahmatan Lil Alamin.
Dari struktur kepengurusan sekolah, memang sudah sejak beberapa tahun lalu terjadi pergantian kepala sekolah yang dulunya pak Abdul Rivai sekarang menjadi ibu Hasriati. Disamping itu ada banyak guru-guru baru yang kelak akan menjadi generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan guru-guru kami yang telah puluhan tahun mengabdi untuk sekolah kami ini.
Dalam alunan nada dan doa, saya senantiasa meminta kepada Allah SWT sang pemilik alam ini agar senantiasa mencurahkan rezeki dan kesehatan kepada guru-guruku, baik di SD, SMP, SMA, hingga ke perguruan tinggi. Dan semoga mereka senantiasa dalam lindungan-Nya.
Mengingat perjuangan guru-guruku dalam mengajar kala itu terus memotivasi saya agar tidak menyia-nyiakan ilmu yang telah mereka ajarkan agar aku terus sekolah dan meraih prestasi. Akhir kata semoga tulisan kali ini memberikan anda inspirasi, motivasi, dan semangat untuk tak mengenal lelah untuk senantiasa menuntut ilmu dan sekolah dengan sungguh-sungguh.
Kalau ada waktu sudi kiranya membaca juga tulisan "Guruku dan Pengabdiannya", tulisan ini saya buat waktu kelas 2 SMA. Waktu itu ikutan lomba dari Telkom Untukmu Guruku. Dalam tulisan saya tersebut menceritakan kisah perjuangan ibu Hamsinah (guru kelas VI SD ku) dan harapan untuk kelulusan kami (siswa-siswinya). Check it out yah ^_^
Tak terasa kini usiaku sudah menginjak 19 tahun, terkenang 8 tahun yang lalu saya menamatkan diri di SD ini. Dulu, bangunan di SD-ku ini masih ala kadarnya, maklum SD ini terletak di pinggiran kota Makassar. Walaupun pinggiran jangan anda anggap remeh, karena daerahku ini sering memenangkan lomba kebersihan kota loh ^_^
SD-ku ini terletak satu kompleks dengan tiga SD yang lain. Pasti banyak dong siswanya ? Tentu saja, bayangkan saja kalau istirahat atau istilah waktu kecil itu keluar main. Sudah banyak anak-anak berlarian di depan kelas. SD. Inpres Perumnas Antang II lah SD yang telah menjadi sekolah formalku dari kelas 1 sampai 6.

Sekolahku tampak muka dan anak-anak yang berlarian.
Begitu juga dengan saudara-saudaraku yang lain, Akbar juga menamatkan diri sampai kelas 6, kemudian lanjut ke SMPN 2 Makassar. Si Chaedar hanya sampai kelas 5 disini, kemudian kelas 6 pindah ke SDN Mekarjaya 10 Depok. Si Ocha sempat duduk di kelas 3 di sekolah ini beberapa bulan waktu ibu melakukan observasi. Nah.. Kalau di hitung-hitung sepertinya kami berempat bersaudara merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan sekolah kami ini dari tapak-tapak pendidikan kami.
Hari Kamis lalu, saya datang lagi ke sekolah saya ini. Tak banyak perubahan sejak setahun lalu saya ke sekolah ini. Namun bila dibandingkan dengan 8 tahun yang lalu tentunya banyak sekali perubahan, yang paling terlihat adalah bangunan baru yang dulunya lapangan sekarang menjadi Pusat Sumber Belajar Siswa.

Lapangan dan Bangunan PSB (sebelah kanan gambar diatas)
Yang berubah lagi adalah kantin pak Mahmud yang dulu ada di belakang, sekarang disulap menjadi ruangan kelas. Lonceng yang dulu bertengger kokoh di depan kelas paling ujung kini sudah tidak ada lagi (mungkin sudah uzur dan karatan jadi di buang).

Suasana belajar di kelas IV A di dalam gedung PSB bersama ibu Roslili.
Yang tidak berubah adalah wajah-wajah guru-guruku yang sedari dulu masih tetap begitu, bagaikana tak termakan oleh waktu. Saya ingat guru kelas I ku ibu Sahariah, guru kelas 2 dan 3 ibu Fatmawati, guru kelas IV ibu Faridah, guru kelas V ibu Minarni, dan guru kelas VI ibu Hamsinah. Masih ada lagi guru olahragaku pak Razak yang masih tetap setia mengajar anak-anak berolahraga, dengan sikap tegasnya 'tokkak' bagi siswa yang rambutnya tidak rapi. Pak Imran yang dulu paling ditakuti sama teman-teman karena pelajaran Matematika. Ibu Hartika dan Ibu Sanuriah guru Agama yang senantiasa mengingatkan kami akan Agama Rahmatan Lil Alamin.
Dari struktur kepengurusan sekolah, memang sudah sejak beberapa tahun lalu terjadi pergantian kepala sekolah yang dulunya pak Abdul Rivai sekarang menjadi ibu Hasriati. Disamping itu ada banyak guru-guru baru yang kelak akan menjadi generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan guru-guru kami yang telah puluhan tahun mengabdi untuk sekolah kami ini.
Dalam alunan nada dan doa, saya senantiasa meminta kepada Allah SWT sang pemilik alam ini agar senantiasa mencurahkan rezeki dan kesehatan kepada guru-guruku, baik di SD, SMP, SMA, hingga ke perguruan tinggi. Dan semoga mereka senantiasa dalam lindungan-Nya.
Mengingat perjuangan guru-guruku dalam mengajar kala itu terus memotivasi saya agar tidak menyia-nyiakan ilmu yang telah mereka ajarkan agar aku terus sekolah dan meraih prestasi. Akhir kata semoga tulisan kali ini memberikan anda inspirasi, motivasi, dan semangat untuk tak mengenal lelah untuk senantiasa menuntut ilmu dan sekolah dengan sungguh-sungguh.
Kalau ada waktu sudi kiranya membaca juga tulisan "Guruku dan Pengabdiannya", tulisan ini saya buat waktu kelas 2 SMA. Waktu itu ikutan lomba dari Telkom Untukmu Guruku. Dalam tulisan saya tersebut menceritakan kisah perjuangan ibu Hamsinah (guru kelas VI SD ku) dan harapan untuk kelulusan kami (siswa-siswinya). Check it out yah ^_^
Post a Comment (0)