Ujungpandang, 6 Juli 2011 2:04 AM
Kasihan sapi asal Australia yang kini 'menganggur' di negeri Kanguru tersebut. Pasalnya pasca pelarangan ekspor Sapi ke Indonesia, para peternak di Australia telah kehabisan tempat untuk menampung ternak mereka yang semakin menumpuk. Hal ini senada yang diungkapkan oleh Republika Online yang menyatakan bahwa rumah jagal membantai sapi - sapi mereka karena ladang mereka telah habis.
Seperti yang kita ketahui pelarangan ekspor Sapi ke Indonesia dari Australia bermula pasca penayangan video kekerasan sapi di beberapa RPH di Indonesia yang ditayangkan oleh TV ABC 30 Mei 2011. Karena dianggap menyalahi animal welfare, maka pengiriman Sapi ke Indonesia ditutup oleh pemerintah Australia.
Namun apa sekarang ?.. Sapi - sapi malang tersebut kini habis dibantai oleh peternaknya sendiri di negeri Kanguru tersebut. Namun demikian kita harus menanggapi positif pelarangan sapi tersebut, karena dapat meningkatkan daya saing sapi lokal Indonesia. Seperti yang diungkapkan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang merilis enam kronologis pelarangan ekspor daging sapi dari Australia yang saya kutip dari Okezone Economy (16/6).
Dari permasalahan ini kita patut prihatin terhadap tindakan yang tergesa-gesa dan ceroboh yang mengakibatkan kerugian di pihak yang mengajukan penghentian, siapa lagi kalau bukan Australia. Semoga secepatnya sapi-sapi tersebut mendapat tempat yang layak di Indonesia, yang patut kita ingat pemutaran video tersebut tidak dapat merepresentasikan (mewakili) perilaku tempat pemotongan hewan di Indonesia. Kita harus cermat dalam mencerna pemberitaan yang ada, bukan begitu kawan ?

Seperti yang kita ketahui pelarangan ekspor Sapi ke Indonesia dari Australia bermula pasca penayangan video kekerasan sapi di beberapa RPH di Indonesia yang ditayangkan oleh TV ABC 30 Mei 2011. Karena dianggap menyalahi animal welfare, maka pengiriman Sapi ke Indonesia ditutup oleh pemerintah Australia.
Namun apa sekarang ?.. Sapi - sapi malang tersebut kini habis dibantai oleh peternaknya sendiri di negeri Kanguru tersebut. Namun demikian kita harus menanggapi positif pelarangan sapi tersebut, karena dapat meningkatkan daya saing sapi lokal Indonesia. Seperti yang diungkapkan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang merilis enam kronologis pelarangan ekspor daging sapi dari Australia yang saya kutip dari Okezone Economy (16/6).
Kronologis pelarangan ekspor Sapi dari Australia ke Indonesia diungkapkan dalam data Laporan bulanan Ditjen Perdagangan Dalam Negeri yang juga dikutip okezone antara lain:
Pertama, Pemerintah Australia menghentikan sementara ekspor sapi ke Indonesia karena pertimbangan adanya penyiksaan dalam proses penyembelihannya.
Kedua, keputusan penangguhan ekspor tersebut mengacu kepada bukti yang dikumpulkan LSM Animals Australia, selain atas tayangan ABC TV bertajuk Four Corners pada Senin 30 Mei 2011, yang menunjukkan sapi dianiaya terlebih dahulu sebelum disembelih.
Ketiga, Indonesia membeli 60 persen sapi Australia yang diekspor. Sapi tersebut diekspor dari Pelabuhan Darwin di Northern Territory, dan Broome dan Wyndhan di Australia Barat.
Keempat, berdasarkan data Meat & Livestock Australia, pada 2010, penjualan sapi ke Indonesia memberikan kontribusi sebesar 319 juta dolar Australia atau setara dengan USD342 juta.
Kelima, pihak Kemendang mengungkapkan bila dalam waktu dekat, larangan dari Australia tidak akan menyebabkan kelangkaan daging sapi di Indonesia mengingat ketersediaan sapi bakalan cukup dan saat ini dijajaki impor dari negara lain yang terbebas dari penyakit mulut dan kuku.
Keenam, pelarangan ini dapat dijadikan momentum untuk mendorong peningkatan populasi sapi lokal dalam rangka swasembada daging sapi.
Dari permasalahan ini kita patut prihatin terhadap tindakan yang tergesa-gesa dan ceroboh yang mengakibatkan kerugian di pihak yang mengajukan penghentian, siapa lagi kalau bukan Australia. Semoga secepatnya sapi-sapi tersebut mendapat tempat yang layak di Indonesia, yang patut kita ingat pemutaran video tersebut tidak dapat merepresentasikan (mewakili) perilaku tempat pemotongan hewan di Indonesia. Kita harus cermat dalam mencerna pemberitaan yang ada, bukan begitu kawan ?
Post a Comment (0)