Trip to Pulau Samalona, Makassar

Ujungpandang, 6 Juli 2011 11:24 PM



Waduh, saya baru sempat buka laptop dan mencoba menceritakan pengalaman trip saya ke pulau Samalona yang terletak di salah satu gugusan pulau yang tidak jauh dari pesisir pantai Losari, kalau ditempuh dengan perahu motor kira - kira 25 menit-an. Ini dia kisah perjalanan kami ..

Matahari sudah naik cukup tinggi, waktu menunjukkan pukul 11 siang, saya dan kedua adik saya naik motor menuju ke tempat tujuan di dermaga penyeberangan ke pulau khayangan yang terletak di depan benteng Fort Rotterdam Makassar.

Sampai di tempat tujuan, ternyata saya lupa untuk membeli lauk untuk dijadikan bekal makan siang, akhirnya saya dan si bungsu menuju ke Gelael untuk membeli bucket KFC isi 9 potong ayam. Setelah membeli lauk saya pun kembali ke tempat semula yakni di dermaga penyeberangan.

Di tempat lain ibu dan adik saya sedang naik angkutan kota menuju ke dermaga juga, yah maklum karena cuman ada motor jadi ibu dan si adik nomer tiga harus naik angkot, karena tidak mungkin boncengan berlima ntar di semprit pak Polisi :(

Akhirnya saya sampai di dermaga (lagi) dan memarkirkan kembali kendaraan saya, si Akbar (adik nomer dua) ternyata sudah asik dengan es batok kelapa muda dengan wajah cengar cengir gak jelas. Saya pun menunggu ibu dan adik saya datang sembari memesan juga es batok kelapa muda.

Berselang beberapa menit kemudian dari kejauhan tampak tukang becak mengayuh pedalnya dan ternyata ada ibu dan si chaedar (adik ketiga saya). Dan kita pun duduk dulu sebentar melepas lelah dan ibu memesan dua es kelapa.

Adzan dhuhur berkumandang menandakan waktunya shalat, akhirnya kita shalat dhuhur dulu di musholla yang terletak tak jauh dari penjual es kelapa muda. Setelah shalat bergantian (karena harus ada yang jaga barang), setelah semuanya shalat datang seorang bapak yang menawarkan untuk menyeberang ke pulau Samalona. Belakangan saya tahu nama bapak itu adalah pak Langkong.

Pak Langkong menjelaskan bahwa pulau Samalona merupakan pulau yang bersih dan berpasir putih dan air yang jernih. Di pulau Samalona ada pemandangan biota laut yang dapat kita nikmati langsung. Pokoknya penjelasannya mantep dah !

Ia kemudian memberikan tarif Rp.250.000 untuk perjalanan pulang pergi (terserah kita mau pulang kapan). Setelah terjadi proses tawar menawar maka ditetapkanlah kita akan ke pulau Samalona. Kami semua bergegas dengan menenteng barang bawaan masing - masing.

Ternyata kapal yang membawa kita ke pulau Samalona terletak di sebuah dermaga kecil di samping dermaga penyeberangan pulau Khayangan. Di dermaga tersebut terlihat hanya beberapa kapal kecil yang bersandar. Kami kemudian satu per satu naik ke kapal pak Langkong. Kini waktu telah menunjukkan pukul 1 siang.

Setelah semuanya naik, kami lepas jangkar dari dermaga tersebut menuju pulau Samalona. Ternyata jarak yang ditempuh ke pulau Samalona cukup jauh dibandingkan ke pulau Khayangan. Dari waktu tempuh menurut pak Langkong sekitar 25 menit. Perahu terus melaju memecah ombak.

Satu per satu pulau telah dilewati, pertama pulau Khayangan yang sepertinya jaraknya cukup dekat dari pesisir pantai Losari, kemudian melewati lagi pulau Lae-Lae di pulau ini banyak ditinggali oleh keluarga nelayan. Dalam perjalanan ini saya sempat berbincang - bincang dengan pak Langkong, ternyata ia mulai menyebrangkan orang ke pulau Samalona baru 2 tahun belakangan ini.

Sebelumnya ini berprofesi sebagai Nelayan, namun karena kondisi laut yang tidak menentu maka ia harus kehilangan mata pencahariannya. Selain menyebrangkan orang ternyata ia juga biasa ammekang (memancing) untuk mendapatkan tambahan uang untuk menghidupi keluarganya.

Tak lama kemudian dari kejauhan terlihatlah pulau Samalona, pulau ini tak terlalu besar mungkin hanya beberapa hektar saja, namun terlihat pasir putih yang seolah berdesir menunggu para pelancong datang menapakkan kakinya.

Setelah perahu merapat ke pinggir pulau, dengan cekatan pak Langkong melempar sauh (jangkar) dan meminggirkan perahunya. Satu per satu kami pun turun dengan membawa barang bawaan masing - masing. Pertama turun si Akbar, kemudian dilanjutkan oleh si Chaedar, si Ocha, saya, dan ibu.

Di pinggir pantai kami telah disambut oleh penduduk lokal yang menawarkan penyewaan alat selam (kacamata renang, dan sepatu) dan juga penyewaan dipan. Akhirnya kita menyewa dipan dulu seharga Rp.50.000 kemudian menyewa alat selam tiga pasang seharga Rp.60.000 (@Rp.20.000).

Akhirnya sampai juga kami di dipan yang telah kami sewa, dipan sewaan kami terletak dibawah pohon yang rindang jadi udaranya sejuk. Segeralah kami mengganti baju untuk segera menikmati keindahan pantai di pulau Samalona ini.

Tapi sebelum turun nyebur-nyebur, ibu kemudian mengeluarkan bekal yang telah kita bawa. Saya dan adik - adik makan dengan lahap makanan yang telah dibawa antara lain: nasi, sup macaroni, dan ayam goreng KFC. Sehabis makan kami langsung tancap gas menuju ke laut, saya terperangah melihat banyaknya anak ikan yang berlarian dalam air.

Melalui kacamata selam saya melihat banyak batu karang, namun sayangnya banyak juga sampah - sampah pengunjung yang tersangkut di antara pasir pantai dalam laut tersebut. Langsung saja saya menuju ke tempat yang banyak ikannya itu, saya berusaha memegang ikan namun lepas lagi.

Karena ombak yang cukup tinggi, maka saya mengurungkan niat ke laut yang lebih dalam lagi. Cukuplah di pinggir pantai ini menyelam melihat ikan - ikan kecil yang berenang - renang. Akbar pun demikian, ia berenang bebas mengumpulkan kerang - kerang yang berbentuk unik. Lain halnya dengan Ocha yang berenang - renang di pinggir pantai dengan pelampungnya. Oh iya lupa, kalau di tempat ini sewa pelampung harganya Rp.15.000 per pelampung.

Nikmatnya kehidupan sangat saya rasakan di tempat ini, berenang dan menyelam menjadi kegiatan yang tidak terasa membosankan walaupun matahari terik serasa membakar kulit namun kebersamaan membuat semuanya menjadi fine-fine saja :)

Ternyata setelah merapikan barang - barang ibu dengan pelampung yang telah ia kenakanan ikutan turun bermain air dengan kami. Awalnya masih di pinggir pantai saja, namun karena ada kami yang menjaganya akhirnya ibu mulai sedikit berani ke wilayah yang agak dalam.

Waktu kami kecil dulu, ibu jarang sekali mau ikut bermain air, mungkin karena sibuk mengawasi kami sampai - sampai tidak bisa ikutan. Tapi sekarang karena kami sudah besar-besar, maka saatnya kami yang mengawasi ibu .. Hehehe

Waktu sudah semakin sore, ombak semakin tinggi. Sekarang tepat pukul 5 sore, ibu memberikan tanda bahwa hari telah sore. Akhirnya satu per satu naik, tapi namanya saja anak - anak mereka masih bermain bola di pantai.

Ibu yang sudah sedari tadi memberi tanda serasa di hiraukan, dan akhirnya saya yang menemani ibu ke tempat bilas. Setelah menunggu ibu yang lagi membilas, akhirnya giliran saya yang bilas. Tak lama kemudian si Akbar, Chaedar, Ocha, dan ibu datang dengan membawa pakaian ganti yang sedari tadi kutunggu.

Setelah bilas dan sudah ganti pakaian, kami sempat berfoto - foto di pulau Samalona ini. Untung ada seorang ibu yang menawarkan untuk memfoto kami berlima, maklum gak bawa fotografer sih jadinya foto kita sering ganti-gantian.



Akhirnya pukul 6 sore kami meninggalkan pulau Samalona. Di perjalanan pulang kami sempat melihat sunset, namun karena kondisi laut yang bergejolak jadinya kita lebih banyak berdzikir dan memohon keselamatan kepada Allah SWT dan menghiraukan sunset tersebut.

Alhamdulillah pukul 6 lebih 30 menit kami sudah sampai di dermaga, tidak menyangka kalau ombak tadi sekencang itu. Namun demikian perjalanan kami ke pulau Samalona tidak sia - sia karena menyimpan berbagai cerita. Saya dengan Akbar dan Ocha kembali menjadi boncengan saya kembali ke rumah sedangkan ibu dan chaedar naik angkot lagi.

Demikian kisah perjalanan kami ke Pulau Samalona di liburan sekolah kali ini, bagaimana dengan liburan anda ? semoga menyenangkan..

ke Galeri Foto Trip to Samalona on Facebook
Lebih baru Lebih lama
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...