Coto Daeng yang Menggugah Selera

Siang itu saya berniat untuk melakukan servis berkala untuk motor kesayanganku, namun sayangnya karena banyaknya orang yang juga servis motor jadi saya mengurungkan niat untuk melakukan servis.

Memang pagi ini saya sedang pengen makan Coto, apa sih Coto itu ? Mungkin bagi pembaca yang belum pernah dengar masih asing, sebagai gambaran Coto itu makanan berkuah dengan kuah terbuat dari campuaran kacang dan rempah didalam kuah itu biasanya pakai daging atau jeroan sapi. Nah sudah kebayang kan ?

Salah saya memang siang itu saya terlambat keluar dari rumah jadinya tidak bisa servis motor, namun keinginan untuk makan Coto akhirnya berhasil menguasaiku dan seolah mengarahkan tanganku menuju suatu warung coto di Jl. Karunrung. Akhirnya saya memarkirkan motor di depan Coto Daeng atau biasa dikenal dengan istilah CoDa waktu saya SMA.

Kembali lagi saya bernostalgia semasa SMA, dulu kawan - kawanku suka sekali mentraktir di tempat ini. Memang harga Coto di tempat ini kala itu sangatlah terjangkau bagi kantong anak muda. Kala itu semangkoknya dihargai Rp. 3.500. Namun beda dulu beda sekarang.

Akhirnya setelah turun dari motor saya melangkahkan kaki masuk ke warung tersebut, awalnya saya ragu apakah tempat ini benar tempat yang dulu. Karena jujur saya sudah 2 tahun tidak ke tempat ini jadi sedikit asing dengan suasana baru dan desain interior yang berbeda.

Dulunya tempat ini seperti warung kebanyakan hanya terdiri dari bangku plastik, dan meja kayu sederhana. Sedangkan pelayan hanya tiga orang yang terlihat lalu lalang. Namun sekarang saya melihat perubahan yang sangat signifikan, kursinya sudah terbuat dari besi namun beberapa masih kursi plastik. Meja masih kayu, namun makin banyak mejanya. Nah yang paling kelihatan perubahannya adalah pelayannya, dulunya pelayan disini hanya memakai kaos seadanya. Namun sekarang mereka sudah mengenakan seragam dengan tutup kepala khas Makassar, yah itulah passapu Sultan Hasanuddin.


Suasana dapur di warung Coto Daeng 'Begadang'

Akhirnya saya menemukan tempat yang pas untuk menikmati kuliner khas Makassar ini. Saya memilih duduk agak dekat dari dapur agar saya bisa melihat secara seksama proses pembuatan Coto-nya. Tak lama setelah saya duduk, datanglah pelayan yang menanyakan pesanan saya. Saya memesan Coto dengan daging dan jantung sapi. Di dapur terlihat pelayan tersebut mengambil kuah dari kuali kemudian memasukkan potongan daging dan jantung sapi kedalam mangkuk yang sudah berisi daun bawang.

Setelah siap, tak lupa pelayan tersebut memberi bawang goreng diatasnya, dan mengantarkan Coto tersebut ke arah meja saya. Saya tak sabar untuk menyantapnya, tapi sebelum saya memulainya, saya mulai mengambil gambar dulu. Cukup lama saya celingak celinguk melihat keadaan sekitar, saya takutnya tidak boleh mengambil gambar untuk makanan tersebut. Ketika saya rasa aman, akhirnya saya berhasil mengabadikan gambar Coto Daeng tersebut.


Coto Daeng 'Begadang'

Saya memulai dengan mengambil ketupat yang ada di depan saya, ketupat yang sudah terbelah tersebut sengaja disiapkan sebagai pendamping untuk makan Coto. Sebenarnya Coto bisa juga dimakan dengan nasi putih, namun karena sudah kebiasaan dengan ketupat jadi saya memilih makan dengan ketupat saja.

Kuahnya memang berbeda dari kuliner lainnya, karena kuahnya ini dibuat dari rempah - rempah seperti : ketumbar, jintan, merica, lengkuas, dan bawang putih. Ditambah dengan kacang tanah yang semakin menambah cita rasa coto tersebut.

Sedangkan daging dan jantung sapi dalam coto sepertinya dimasak terpisah dari kuahnya, karena teksturnya tetap lembut dan tidak bercampur rasa dengan rempah hanya ada rasa asin dan gurih pada daging dan jantung sapi dalam coto ini.

Setelah menikmati coto dan dua buah ketupat, saya pun menutup makan siang ini dengan segelas air mineral. Saya kembali memandangi para pengunjung lain yang menikmati makanan yang dipesannya, ternyata selain menjual Coto sekarang Coto Daeng juga menjual mie kuah dan nasi goreng. Pantas saja dari jauh, sepertinya terlihat berwarna merah dan ternyata memang benar itu nasi goreng.

Ketika salah seorang pelayan sedang mengepel lantai disamping saya, tiba - tiba dibelakang seragama yang mereka pakai tercantum nama website, dan disana tertulis www.cotodaeng.com , ternyata Coto bisa Go Online juga yah. Saya kira hanya perusahaan besar yang bersaing di dunia online, namun sekarang coto juga ingin dikenal dunia :)

Melihat perubahan yang sangat signifikan tersebut, mulai dari renovasi tempat, pelayan yang semakin banyak, menu yang bertambah, hingga Coto Daeng Go Online membuat saya takjub akan semua perubahan yang dilakukan. Dan saya mengacungkan dua jempol untuk manajemen Coto Daeng beserta founder-nya. Ternyata memang banyak yang berubah sejak terakhir saya datang kesini.

Waktu semakin senja, akhirnya saya memutuskan untuk pulang ke rumah. Saya pun melangkahkan kaki menuju kasir, ketika kasir sudah selesai menginput makanan dan minuman yang saya pesan, saya pun bertanya dengan logat khas Makassa,"Ta' berapa mi sekarang cotonya ?". Kemudian kasir pun menjawab,"Ta' enam ribu ji pak, tapi karena pesanki minuman itu jadi mahalki kita bayar".

Sebenarnya sih saya tidak mempermasalahkan minuman itu, dan uang yang saya keluarkan. Sayakan cuman memastikan harga Coto sekarang berapa rupiah. Seperti percakapan saya dengan kasirnya, ternyata memang harganya tidak jauh berbeda ketika saya terakhir ke tempat ini, sekarang per mangkuknya cotonya dihargai Rp.6.000, sedangkan ketupatnya Rp.500.

Setelah menyelesaikan pembayaran, saya pun keluar dan menyempatkan untuk memotret papan Coto Daeng 'Begadang', mungkin anda bertanya kenapa ada kata begadang. Hal tersebut karena Coto Daeng ini bisa buka hingga 24 jam, tergantung stok Coto yang ada, kalau sudah habis ya tutup dan tunggu buka besok pagi lagi.


Coto Daeng 'Begadang' dari tampak depan

Coto Daeng ini dapat anda temui di Jl. Karunrung No. 8, bila anda dari Lapangan Karebosi anda bisa naik angkot kode B, atau kode J yang menuju ke arah Rumah Jabatan Gubernur. Di perempatan setelah Rumah Jabatan Gubernur anda belok kanan (apabila anda dari arah Karebosi, dan naik angkot kode J). Apabila anda dari lapangan karebosi dan naik angkot kode B, maka anda dapat turun sebelum SMA Katolik Rajawali.

Dan apabila anda dari Pantai Losari, karena takutnya anda tersesat, maka gunakanlah tiga roda (becak) dan katakan pada tukang becak "Coto daeng, pak!". Maka anda akan diantarkan langsung ke tempat ini.

Bagaimana anda tertarik ? Rasakan sendiri Coto Daeng yang menggugah selera !
أحدث أقدم
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...