Komunikasi Lintas Alam


KOMUNIKASI LINTAS ALAM

Oleh Bang Adhie Saputra
Di-posting di Facebook pada 3 Agustus 2015

Salah satu oleh-oleh dari acara pulang kampung lebaran kemarin adalah kisah yang dialami para kerabat di kampung halaman. Salah satu kisah yang menarik adalah "mimpi bertemu emak". Dimana dua orang kakak beradik yang sudah berkeluarga mendapati mimpi yang kurang lebih sama. Ibu mereka yang telah wafat, mendatangi mereka lewat mimpi. Sang ibu berpesan kepada dua kakak beradik itu akan hal yang sama  : "tolong sampaikan kepada abangmu. Kalau dia tidak segera bertobat dan berubah, maka keluarganya akan berantakan". 
-
Mendapati mimpi seperti itu, kedua kakak beradik ini pun mendatangi sang abang. Mereka menyampaikan pesan dari Emak. Mereka pun  binggung kenapa Emak berpesan demikian. Pada awalnya, sang abang mengelak untuk berterus terang. Tetapi setelah terus-menerus didesak, akhirnya barulah sang abang mengaku. Kalau selama ini -sudah berjalan lima tahun, tanpa sepengetahuan istri dan keluarga sang abang telah menikah lagi. Menikahi dengan seorang janda "pergaulan" di kampung sebelah.
-
Kisah seperti ini bukan hanya sekali saja saya dapati. Dulu sekitar sepuluh tahun lalu juga pernah mendapati kisah yang mirip. Seorang saudara yang telah ditinggal mati bapak-ibunya ketika masih kanak-kanak, mendapati mimpi didatangi bapaknya ketika dia telah berusia 35 tahunan. Dalam mimpi itu sang bapak begitu marahnya sampai menempeleng keras wajah sang anak. Karena saudara ini lalai dalam menjaga agamanya sehingga berpindah agama mengikuti agama sang suami. Begitu bangun tidur, saudara tadi mendapati wajahnya memar biru.
-
Dari kedua kisah ini saya pun jadi berhipotesa : "jangan-jangan orang-orang yang sudah mati itu juga menyaksikan perbuatan atau kelakuan orang-orang yang masih hidup ?". Selama ini saya berpikiran bahwa kalau sudah mati ya mati saja. Tidak ada kaitan atau koneksi antara alam dunia dan alam kubur. Karena memang menurut perspektif orang-orang yang masih hidup - penghuni alam dunia - mereka tidak dapat mengetahui kejadian-kejadian di alam kubur. Tetapi bagaimana dengan perspektif orang-orang yang sudah mati - penghuni alam kubur? Apakah mereka masih dapat menyaksikan kejadian-kejadian di alam dunia?
-
Sesungguhnya ini termasuk dalam domain hal-hal yang gaib. Tidak banyak pengetahuan mengenai hal ini. Satu-satunya  ranah yang dapat menjangkau hal tersebut adalah agama.
-
Hipotesa diataslah  yang membuat  saya tertarik untuk membuka lagi referensi-referensi agama  yang pernah saya baca, salah satunya buku yang berjudul : "Tamasya Ke Negeri Akherat". karya Syaikh Al Mahmud Al Misri. Dalam buku tersebut di halaman 327 ada bagian yang membahas mengenai : "amalan-amalan orang yang masih hidup akan diperlihatkan kepada orang yang telah mati".
-
Pembahasan tersebut menggunakan dalil hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al Musnad 3/164-165 yang telah ditinjau oleh Al Albani dalam Ash-Shahihah (6/I/605) sebagai hadits yang shahih.
-
Dari Anas RA berkata, Rasullah Shallallahu Alaihi was Sallam bersabda : "sesungguhnya amalan kalian akan diperlihatkan kepada kerabat dan keluarga kalian yang telah mati. Jika amalan itu baik, maka mereka akan bergembira dan jika tidak demikian maka mereka akan berkata : ya ALLAH janganlah Engkau mematikan mereka sampai Engkau memberikan petunjukkn kepada mereka sebagaimana Engkau telah memberi petunjuk kepada kami".
-
Maka dari hadits ini dan pembahasan di buku Bertamasya Ke Negeri Akherat, saya pun mengimani bahwa : orang-orang yang telah mati dapat menyaksikan perbuatan orang-orang yang masih hidup. Walaupun orang yang masih hidup tidak mengetahuinya.
-
Karena keimanan akan hal-hal yang gaib seperti di atas, maka saya menasehati diri saya sendiri akan hal-hal sebagai berikut :
-
1. Jika kita benar-benar sayang kepada orang tua atau leluhur kita yang telah wafat mendahului, perbaikilah amalan kita. Buatlah mereka berbahagia dengan menyaksikan amal-ibadah, ketaatan dan keiklasan kita dalam beramal-kebaikan.
-
2. Jika kita ingin berbahagia di alam kubur, maka harus benar-benar memperhatikan pendidikan anak-anak kita. Jangan hanya memikirkan bagaimana mereka jadi pintar. Tapi pikirkan dan lakukanlah sesuatu untuk anak-anak kita agar mereka gemar dalam ketaatan beribadah dan beramal-soleh. Mengapa demikian, alangkah malu dan menderitanya kita ketika di alam kubur menyaksikan anak-anak kita bermaksiat dan berbuat kerusakan di muka bumi sementara kita di alam kubur tidak dapat berbuat apa-apa.
-
Demikianlah sahabatku sekalian. Sedikit oleh-oleh dari pulang kampung lebaran kemarin. Semoga kiranya dapat bermanfaat untuk kita semua.
-
Salam sayang selalu.

---

Sumbe foto: Freepik

Refleksi bagi diri saya, maka sebagai generasi penerus. Perbanyaklah berbuat baik, sekecil apapun itu, hindarilah perbuatan buruk sekecil apapun itu. Karena sesungguhnya sebagai insan bertaqwa kita dituntut untuk ber amar ma'ruf, nahi mungkar. Wallahu alam bissawab.

أحدث أقدم
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...